Harusnya Aku menangis
Angin tak lagi sepoi , hujan pun semakin deras mengeras.
Gerak langkah menggerik mata kakiku yang buta aksara menuntun menapaki jalan yang tak tahu harus kemana.
Cinta........
Hidup............
Cinta........
Mati..........
Senja membisik keping-keping kupingku untuk segera datangi rembulan.
Memberi kabar jika matahari kan tenggelam.
Rembulan bergegas menyiapkan diri meng-indahkan panorama alam.Namun Matahari terlalu jauh dari dirinya.Ia lupa bahwa malam ini bukan baginya untuk bersinar.
Matahari terlalu jauh ..........
Matahari tak spenuhnya didekatku.....
Sinarnya hanya kunikmati selama 20 hari 20 jam 22 menit dalam satu bulan.
Selebihnya aku Mati mengurung diri menunggu Matahari datang kembali.
Jerit tanya haru bulan membuatku kembali pada siang.
Menemui Matahari.....
Menceritakan apa yang sedang terjadi...
Terlalu jauh aku pergi. Kala itu tak ada sinar menemani...karena ia pergi bersama matahari.
Langkah kakikupun sempat terhenti, mengingat kisah dan satu tragedi.Aku salah......aku salah....
Jangan ..kau ingat...jangan kau kenang.....
Aku salaahhh....salah aku..
Cahaya....cahaya...ia ada pada matahari hati
Aya cahaya ........
Buatku tak lagi ada kata yang tak berarti.
Bergegas kutemui Sang Raja Pagi.mengenai keluh kesah rembulan yang hampir mati.
Namun Surya hanya berkata " SEMUA AKAN INDAH PADA WAKTUNYA"
Kutegas mengulang bilang tentang bulan yang tak mampu menyinari bumi.
Bumi Mati karena bulan tak menyinari diri.
Matahari pergi menyusun wacana tuk esok pagi.
Harusnya aku menangis, harusnya aku sedih.Bias bias sinar sirna binasa....harusnya aku menangis....
Namun hati menegur sapa mencolek raga..."KAU HANYA PERLU MENUNGGU"
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-3854547691658847"
crossorigin="anonymous"></script>

Komentar